MEMBERI ITU BAHASA TERBAIK
Baca: KIS. PR. RASUL 20:17–38
"Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Lebih berbahagia memberi daripada menerima." (Kis. Pr. Rasul 20:35)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Korintus 5–8
"Aku telah seharian bekerja mencari nafkah, sedangkan kamu ngapain seharian di rumah?" perkataan yang terdengar dari pertengkaran suami istri. Istri mempermasalahkan suami yang tidak bersedia membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah. Suami merasa itu adalah tugas istri. Ya, tuntutan dan bukan memberi, acapkali menjadi bahasa yang disampaikan antarsesama.
Ayat di atas menegaskan ciri pelayanan Paulus yakni memberi diri bagi orang lain, bukan tuntutan kepada orang lain, disampaikan pada penghujung pelayanannya di Efesus yang mengharukan. Kutipan perkataan Yesus tersebut tidak tercatat pada Injil lainnya, bernilai tinggi dan sangat istimewa. Jika semua orang hanya mau menerima tanpa mau memberi, lalu siapa yang akan memberi? Jika semua orang memilih untuk memberi, semua orang akan menerima, itulah maksud "terlebih berbahagia memberi". Allah menghendaki memberi menjadi sebuah gaya hidup orang percaya, bukan berhenti sebagai perintah saja.
Memberi adalah bahasa terbaik dalam membangun hubungan antarsesama. Hubungan sesama yang retak dipulihkan ketika ada tindakan memberi. Ada kasih dan penerimaan dalam tindakan memberi. Kita bersedia memberikan ruang bagi kesalahan orang lain, tidak membangun prasangka serta tidak meletakkan tuntutan pada bahu orang lain. Mari terus sampaikan tindakan memberi sebagai bahasa terbaik dalam hubungan antarsesama di tengah dunia yang egois.
—AWS/www.renunganharian.net
TUNTUTAN KEPADA SESAMA HANYA AKAN MELAHIRKAN KONFLIK.
MEMBERI KEPADA SESAMA TIDAK AKAN BERHENTI MELAHIRKAN SEJAHTERA.