Renungan 40 Hari Berani Hidup: Darah Kristus Memulihkan Relasi



Ibrani 10:19-25

Dalam kesaksian Alkitab, kematian Yesus Kristus diantaranya untuk menggenapi rencana dan kehendak Allah berupa karya penebusan dosa dan penyelamatan manusia dari maut. 

Senada dan sejalan dengan itu, demikian juga penulis kitab Ibrani, dalam pasal 10:19-25 menyatakan bahwa "darah Kristus" (yakni kematian Kristus) telah memulihkan relasi antara orang beriman (umat tebusan Kristus) dengan Allah dan juga dengan sesama manusia. 

Ibrani 10:19-20 
"Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, 
karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri.."

Sebagaimana disaksikan dalam kitab Kejadian 1, sebelum manusia berbuat dosa, relasi antara manusia dengan Allah dan sesamanya sangatlah baik, harmonis, indah dan damai. Tetapi setelah manusia berbuat dosa, melanggar perintah dan larangan TUHAN, hubungan antara manusia dengan Allah dan sesamanya menjadi rusak/putus (Kejadian 3).

Setelah Hawa dan Adam memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, mereka menjadi malu & takut, ketika TUHAN datang menemui mereka (Kejadian 3:8).

Dan terhadap dosa yang diperbuat Hawa dan Adam, TUHAN, Allah menghukum mereka, baik berupa penderitaan karena kesia-sian bekerja (Kejadian 3:17-18) bahkan sampai pada kematian manusia. 
Selain itu, manusia diusir dari Taman Eden (Kejadian 3:23).

Selain itu, akibat dosa, relasi antara Adam dan Hawa juga rusak,. Mereka bukan lagi hidup saling menolong, tetapi saling mendorong berbuat dosa dan saling menyalahkan.

Rusaknya dan putusnya hubungan manusia dengan Allah itulah yang berakibat fatal, yakni berupa maut (Roma 6:23a).

Dalam tradisi keagamaan Israel kuno (seperti halnya berlaku secara universal), relasi dengan Allah itu diwujudkan dalam bentuk ibadah dan doa. Oleh karena dosa, maka manusia tidak dapat lagi beribadah secara langsung atau akrab dengan Allah. Dalam hal inilah dibuat sistem peribadahan umat Israel berupa ruang kudus, dan juga ruang maha--kudus di Bait Suci. Hanya Imam yang terpilih yang dapat memasuki ruang maha--kudus. Bandingkan Lukas 1:8-9.

Jadi dalam beribadah kepada Tuhan, tidak semua orang beriman bisa memasuki ruang maha--kudus di Bait Suci. Ada batas penyekat antara umat biasa dengan para Imam. 

Namun, meskipun manusia telah berdosa, namun kasih setia Allah tetap nyata. 

Oleh karena kasih setia Allah itulah, Allah telah mengutus Yesus Kristus ke dunia untuk maksud karya penyelamatan manusia dari dosa dan maut (Matius 1:21; Yohanes 3:16).

Selanjutnya, juga oleh kematian Kristus, maka relasi umat dengan Allah telah dipulihkan. Umat dapat bersekutu dan beribadah kepada Allah dengan akrab dan dekat... Karena umat telah memiliki Seorang Imam Besar Agung dalam diri Yesus Kristus. Dosa sebagai penghalang relasi antara umat dengan Allah sudah dipatahkan/dihancurkan.

Dan oleh karya Yesus Kristus di dunia, yang berpuncak pada kematian dan kebangkitan Kristus dari kematian, orang-orang berdosa yang percaya kepada-Nya telah menerima (mengalami) penebusan dosa dan keselamatan dari maut serta beroleh hidup kekal.

Maka benarlah yang ditulis dalam kitab Ibrani 10:19-21, bahwa oleh darah Kristus, umat tebusan Kristus telah DIPULIHKAN relasi mereka dengan Allah. Umat Tuhan telah dimungkinkan untuk menjalin relasi indah, relasi damai dan penuh kasih dengan Allah, sebab dosa-dosa mereka telah ditebus (diampuni) oleh Allah.

Oleh karena itu, didasarkan pada pengurbanan hidup Yesus Kristus, penulis Ibrani memberikan beberapa nasehat bagi umat Tuhan di mana pun:
* agar umat Tuhan penuh semangat, rajin, tekun dan tulus beribadah kepada Allah untuk memelihara dan mewujudkan RELASI mereka dengan Allah yang sudah DIPULIHKAN (ayat 22,  25) 

* Agar umat Tuhan berpegang teguh pada keyakinan (iman) dan pengharapan kepada (kasih setia) Allah dalam Kristus, berupa anugrah penebusan dosa, keselamatan dari maut, dan hidup kekal.

* agar umat Tuhan saling memperhatikan, menasihati dan mendorong dalam pekerjaan yang baik (ayat 24).

Kiranya, kita semua sebagai umat Tuhan yang menerima anugrah penebusan dosa, keselamatan dan hidup kekal, juga karena relasi kita telah dipulihkan oleh karya Kristus, kita memiliki spiritual untuk terus menikmati relasi akrab, damai, penuh kasih dan bahagia dengan Allah, antara melalui kegiatan doa, ibadah, dan perwujudan persekutuan sebagai umat Tuhan (tubuh Kristus). 

Dan marilah kita menerapkan nasihat penulis Ibrani tsb untuk saling memperhatikan, menasehati dan mendorong dalam pekerjaan yang baik. Amin.

-Pdt. Suryadi-